Asah Kreativitas Siswa, SMKN 7 Bombana Buat Atap Hijau Daun Rumbia

Sultraklik.com, Bombana – Siang itu, halaman SMKN 7 Bombana tak seperti biasanya. Beberapa siswa duduk bersila di lantai teras kelas, sebagian lainnya sibuk di halaman sekolah. Tangan-tangan mereka cekatan merapikan helai daun hijau panjang tersebut. Satu per satu, lalu siswa ditugaskan merangkai daun rumbia pada sebatang bambu tipis. Sesekali terdengar tawa kecil bercampur guratan serius di wajah mereka.
Itulah kegiatan belajar yang tak biasa, membuat atap dari daun rumbia, atau sebagian setempat menyebutnya daun rumbia. Atap tradisional ini sudah lama dipakai masyarakat pesisir Sulawesi Tenggara, khususnya Pulau Kabaena sebagai pelindung rumah maupun pondok ladang. Kini, keterampilan itu kembali diajarkan di sekolah, bukan sekadar melestarikan kearifan lokal, tapi juga menumbuhkan jiwa wirausaha di kalangan siswa.
“Kalau dilihat mudah, padahal butuh kesabaran. Daunnya harus disusun rapat supaya tidak tembus air,” kata salah seorang guru mapel pertanian Erfandi, SP, sambil memberikan arahan cara merangkai daun ramah lingkungan tersebut.
Erfandi menjelaskan, praktik ini bagian dari pelajaran muatan lokal sekolah. Dengan cara ini, siswa tak hanya mendapat teori di kelas, tetapi juga keterampilan hidup yang nyata. “Di daerah ini, daun rumbia banyak tumbuh. Daripada dibiarkan, bisa jadi bahan bangunan atau gazebo yang ramah lingkungan,” ujarnya.
Produk atap dari daun rumbia buatan siswa ini nantinya bisa dipakai untuk gazebo sekolah, atau bahkan bisa dijual ke masyarakat yang membutuhkan. “Kalau dikelola dengan baik, bisa jadi peluang usaha,” tambah sang guru.
Di tengah gempuran material modern seperti seng dan genteng, atap dari daun rumbia tetap punya tempat tersendiri. Selain lebih sejuk, juga menjadi simbol kedekatan manusia dengan alam. Dari tangan para siswa SMKN 7 Bombana, tradisi itu bukan hanya diwariskan, tapi juga dimodernisasi sebagai keterampilan masa depan.
Diketahui, muatan lokal berarti mata pelajaran atau materi pembelajaran yang disesuaikan dengan potensi, kebutuhan, budaya, dan kondisi daerah tertentu. “Dengan adanya potensi daerah yang ada kita jadikan bahan ajar untuk melatih kreatifitas anak”pungkasnya