Bahas Konflik, Bupati Bombana Pimpin Rapat Bersama Forkopimda di Poleang Barat

Sultraklik.com, Bombana – Bupati Bombana, Ir. H. Burhanuddin, M.Si, memimpin rapat Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) di Kantor Camat Poleang Barat, Minggu, 14/9/2025)
Rapat itu digelar menyusul pecahnya bentrokan di Desa Analere, Kecamatan Poleang Barat, yang dinilai berpotensi menimbulkan konflik berkepanjangan.
Dalam rapat tersebut, Burhanuddin didampingi Wakil Bupati Ahmad Yani, S.Pd., M.Si, Kapolres Bombana, AKBP Wisnu Hadi, S.I.K., M.I.K, bersama jajaran Forkopimda lainnya. Di sana, Pemerintah daerah menekankan pentingnya langkah antisipatif dan pendekatan persuasif secara komprehensif untuk menjaga stabilitas wilayah.
“Forkopimda harus menjadi garda depan dalam meredam potensi konflik agar tidak meluas dan mengganggu kehidupan masyarakat,” ujar Bupati Burhanuddin.
Selain unsur Forkopimda, rapat juga dihadiri Penjabat Sekda Bombana, asisten, staf ahli bupati, kepala perangkat daerah, camat, tokoh masyarakat, hingga warga setempat. Pemerintah Kabupaten Bombana menegaskan penyelesaian dialogis dengan melibatkan semua pihak menjadi kunci agar persoalan di Analere tidak berkembang menjadi konflik horizontal yang lebih besar.
Disadur dari media Sultranet. com, sebelumnya, suasana mencekam menyelimuti kawasan eks PT Sampewali di Desa Analere, Poleang Barat, Jumat, 12 September 2025. Bentrokan antar dua kelompok warga pecah hingga menimbulkan korban luka dari kedua belah pihak.
Keributan bermula ketika sekitar 70 warga dari Watubangga, Kabupaten Kolaka, mendatangi lokasi dengan membawa parang. Mereka menyerang sebuah rumah di area bekas perkebunan sawit eks PT Sampewali. Dua orang dari kelompok Analere menjadi korban pemarangan dan memicu serangan balasan.
Kelompok Analere yang lebih dulu diserang melawan balik. Bentrokan pun pecah. Informasi awal menyebutkan dua warga Analere dan tiga warga Watubangga terluka akibat sabetan senjata tajam.
“Bentrok ini berlangsung cepat, tiba-tiba saja sudah ada yang jatuh berdarah,” kata seorang warga yang enggan disebut namanya.
Korban dari pihak Analere dievakuasi ke Puskesmas Poleang, sementara korban dari kelompok Watubangga dibawa mundur ke Desa Toari, Kolaka. Malam harinya, sekitar 100 warga Analere masih bertahan di lokasi kejadian.
Konflik ini diduga dipicu sengketa lahan perkebunan sawit eks PT Sampewali yang sudah lama terbengkalai. Kedua kelompok mengklaim memiliki hak pengelolaan lahan tersebut.
“Kalau tidak cepat diselesaikan, ini bisa jadi konflik besar. Sudah ada korban di dua pihak, dan itu rawan jadi alasan untuk balas dendam,” ujar seorang tokoh masyarakat di Poleang Barat.