Kadis Kesehatan Bombana: Kolaborasi Berbagai Sektor Kunci Atasi Stunting
Sultraklik.com, Bombana – Stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis, menjadi perhatian serius di Kabupaten Bombana. Menurut data yang dipublikasikan oleh Pemerintah pusat melalui Survei Kesehatan Indonesia, prevalensi stunting di Kabupaten Bombana mencapai 30,4% di tahun 2023, Angka ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata Provinsi Sulawesi Tenggara yang berada di angka 30%.
Sebagai upaya menurunkan angka stunting, pemerintah telah menetapkan target nasional untuk menurunkan prevalensi stunting menjadi 14% pada tahun 2024. Untuk mencapai target tersebut, Pemerintah Kabupaten Bombana telah menerbitkan Peraturan Bupati Nomor 8 Tahun 2024 tentang Percepatan Penurunan dan Pencegahan Stunting Terintegrasi.
Selain itu, berbagai program dan kegiatan telah dilaksanakan, termasuk Audit Kasus Stunting (AKS) secara bertahap di tiap kecamatan. Tentu, hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor penyebab stunting dan sekaligus menyusun strategi penanganan yang efektif dan berkelanjutan.
Pemerintah Kabupaten Bombana juga aktif melakukan evaluasi pelaksanaan intervensi percepatan penurunan stunting dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS), camat, dan perwakilan puskesmas. Evaluasi ini bertujuan untuk memastikan pendampingan, pendataan, monitoring agar evaluasi berjalan efektif dalam upaya mencapai target penurunan stunting.
Di tahun 2024 ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana telah melakukan intervensi serentak di tiap-tiap kecamatan. Dengan cara sweeping atau door to door dengan sasaran ibu hamil dan balita. Sebanyak 1335 balita dengan rentang usia dari 0-5 tahun. Intervensi serentak membuahkan hasil, dari 98,8% yang sudah dilakukan screening kepada balita dan bumil, hasil prevelensi stunting di angka 20,2%.
“Meski hasil prevelensi belum mencapai target nasional, namun Pemda terus berupaya untuk menekan akan tersebut agar mencapai target yang diharapkan oleh pemerintah pusat,”kata Kepala Dinas Kesehatan melalui, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Fatmiwati.
Adapun temuan penderita stunting tertinggi kata Fatmiwati yakni di Kecamatan Poleang Barat yang menduduki peringkat teratas, menyusul Kecamatan Poleang Utara, Kecamatan Poleang, Kecamatan Tontonunu dan Kecamatan Rarowatu.
Dinkes Gelar Kegiatan Evaluasi Intervensi Spesifik Stunting
Belum lama ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana telah melaksanakan kegiatan evaluasi intervensi spesifik stunting yang bertujuan untuk mengatasi masalah stunting di wilayah tersebut. Kegiatan ini bertempat di Aula Pertemuan Kantor Depag, Selasa (10/12/2024) lalu.
Kegiatan tersebut sebagai upaya untuk mengevaluasi efektivitas program-program yang telah diimplementasikan serta mengidentifikasi tantangan yang dihadapi dalam pengurangan stunting di tingkat kabupaten.
Dalam acara tersebut, berbagai pihak yang terlibat, termasuk stakeholder kesehatan, pemerintah daerah, dan masyarakat, turut hadir untuk memberikan masukan dan membahas langkah-langkah strategis ke depan. Kegiatan ini juga melibatkan analisis data dan presentasi dari berbagai kegiatan yang telah dilakukan selama tahun 2024.
PJ Bupati Bombana Edy Suharmanto melalui Kepala Dinas Kesehatan Darwin,SE mengatakan pentingnya kolaborasi antara berbagai sektor, termasuk pendidikan dan pemberdayaan ekonomi, dalam mengatasi masalah stunting. Selain itu, mereka meminta dukungan dari semua pihak untuk terus berkomitmen dalam program pengurangan stunting, dengan harapan dapat menciptakan generasi yang lebih sehat dan berkualitas di Kabupaten Bombana.
Dengan terlaksananya kegiatan ini, Dinas Kesehatan berharap dapat merumuskan langkah-langkah konkret untuk meningkatkan efektivitas intervensi dan mengoptimalkan sumber daya yang ada dalam rangka memerangi stunting secara berkelanjutan.
“Kegiatan evaluasi ini sangat penting untuk memahami dampak dari intervensi yang telah dilakukan. Kami ingin memastikan bahwa setiap program memberikan hasil yang maksimal dalam mengurangi angka stunting,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan setempat.
Selama sesi diskusi, berbagai ide dan rekomendasi muncul untuk meningkatkan strategi pencegahan stunting, termasuk peningkatan akses terhadap makanan bergizi, edukasi kesehatan untuk orang tua, serta dukungan dari berbagai sektor, seperti pendidikan dan ekonomi.
Dinas Kesehatan menekankan perlunya kolaborasi yang lebih kuat antara pemerintah, masyarakat, dan organisasi non-pemerintah untuk mencapai target pengurangan stunting yang lebih ambisius. Hasil dari evaluasi ini diharapkan dapat menjadi pedoman dalam merumuskan kebijakan dan program selanjutnya.
Dengan fokus yang lebih besar pada pencegahan stunting, diharapkan Kabupaten Bombana dapat melahirkan generasi yang lebih sehat dan produktif, demi kemajuan daerah dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Stunting merupakan masalah serius yang berdampak tidak hanya pada kesehatan anak, tetapi juga pada perkembangan ekonomi suatu daerah. Oleh karena itu, kegiatan evaluasi ini diharapkan pula dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai kondisi stunting dan hasil dari intervensi yang telah dilakukan.(ADV)