Metode RIRS, Pilihan Cermat Terapi Batu Ginjal dengan Nyeri Minimal

Penyakit batu ginjal atau nefrolitiasis menjadi salah satu penyakit yang paling sering dialami banyak orang. Materi padat dan keras menyerupai batu yang menyumbat saluran ginjal itu pada umumnya merupakan asam oksalat dan kalsium.
Komplikasi dari penyakit batu ginjal bisa terjadi ketika ukuran dari batu ginjal semakin bertambah besar. Hal tersebut bisa mengakibatkan terhambatnya aliran urine. Selain itu, kondisi ini juga sangat mungkin memicu infeksi hingga kerusakan pada ginjal secara permanen atau penyakit ginjal kronis.
Seiring perkembangan zaman, metode pengobatan hingga operasi membuat pasien memiliki banyak pilihan untuk menghancurkan batu ginjal. Namun terapi yang belakangan ini gandrung diminati pasien, yakni metode Retrograde intrarenal surgery (RIRS). Terapi batu ginjal dengan metode RIRS dikenal sebagai solusi penyembuhan batu ginjal dengan teknik minimal invasif, artinya tidak ada sayatan di bagian tubuh pasien.
Dokter Spesialis Urologi Mayapada Hospital Kuningan, dr. Dyandra Parikesit, BMedSc, SpU menyebut terapi RIRS menjadi metode yang cukup membuat pasien happy. Alasannya, pasien tak merasa cemas soal efek samping pascaoperasi.
“Karena dengan RIRS, pasien bahkan tidak mengalami nyeri sama sekali. Ada pasien semalam baru operasi RIRS, keesokan paginya sudah berterima kasih dan pulang,. Tak ada nyeri yang dibawa ke rumah,” ujar dr Dyandra kepada CNNIndonesia.com, Rabu (2/3).
Selain efek nyerinya yang rendah, kata dr Dyandra, pasien RIRS juga tidak perlu terapi berulang-ulang. Sebab yang dibutuhkan adalah secondary prevention atau mencegah muncul batu lagi.
“Pascaterapi RIRS pasien hanya perlu evaluasi melakukan USG 1-2 minggu pasca operasi hanya untuk memastikan pasir-pasir saat melakukan RIRS sudah terbuang melalui urine,” jelasnya.
Dalam praktiknya, terapi RIRS menggunakan saluran yang sudah ada dalam tubuh manusia. Pengobatan dilakukan dengan memasukkan alat kecil dari saluran kemih bawah (kandung kemih) lalu naik ke saluran kemih bagian atas kemudian ke ginjal.
“Di dalam ginjal itu sendiri baru kita akan tembak batunya dengan laser fiber. Batunya dikeluarkan dengan alat khusus berupa pecahan atau dihancurkan jadi debu dan akan keluar bersama dengan urine,” jelas dr Dyandra.
Adapun ada dua alat utama yang digunakan dalam teknik RIRS, yaitu ureteral access sheath (UAS) yang dimasukan ke dalam saluran kemih dimulai dari bagian bawah terus masuk ke kandung kemih lalu sampai ke ginjal. Masuknya UAS ini dengan bantuan wire (semacam benang berbahan kawat nitinol) yang akan memandu UAS masuk ke saluran kemih setelah itu wire dilepas.
Sementara alat kedua kedua adalah scope. Scope memiliki bentuk instrumen dengan ujung yang sangat kecil. Pada ujungnya terdapat kamera dan ada satu lubang lagi untuk masuk instrumen lainnya. Caranya juga sama, alat ini akan masuk ke saluran kemih lalu ke ginjal.
“Nanti bisa dilihat ruangan-ruangan di dalam ginjal seluruhnya. Nanti yang ada batunya, kita akan masukin laser fiber di alatnya, dimasukan ke dalam lalu ditembak batunya dengan laser. Kita bisa keluarkan batunya menggunakan stone basket,” tegasnya seraya menegaskan bahwa langkah ini cukup dengan sekali tindakan.
RIRS Lebih Efisien
Pada umumnya, penyakit batu ginjal punya beberapa pilihan metode penyembuhan selain RIRS, di antaranya ESWL (extracorporeal shock wave lithotripsy), yakni batu ginjal dipecahkan dengan gelombang kejut dan PCNL (Percutaneous Nephrolithonomy). Metode terapi batu ginjal ini menggunakan sayatan kecil kemudian dimasukan teropong ke dalam kulit lalu ke ginjal.
Ada juga metode konvensional atau operasi. Operasi terbuka dilakukan untuk terapi dengan segala ukuran batu. Namun dr. Dyandra menyebut, metode RIRS jadi pilihan lebih baik. Selain bisa untuk terapi batu ginjal yang ukurannya kurang dari 2 cm, terapi RIRS lebih efisien karena batu dipastikan hancur semuanya.
“Kalau RIRS baiknya, saya bisa lihat langsung batunya, dihancurkan langsung dengan laser fibernya dan batunya bisa dipastikan habis semuanya. Biasanya tidak perlu mengulang-ulang lagi tindakannya. Memang case by case, tapi biasanya pasien hanya butuh 1 hari lagi pasca tindakan RIRS kemudian bisa pulang,” jelasnya.
Lebih lanjut dr. Dyandra menyebut RIRS bisa dilakukan pada pasien yang terdeteksi dengan batu ginjal seukuran tak lebih dari 2 cm. Prasyarat itu merupakan pedoman internasional dalam dunia medis. Syarat lainnya yakni metode RIRS tidak diperkenankan pada pasien yang memiliki kontraindikasi karena akan menyulitkan dalam tindakannya.
“Yang pasti pasien dengan infeksi saluran kemih berat. Itu kita harus terapi dulu, baru kita bisa melakukan terapi operasinya. Kalau pasien punya saluran kemih bagian atas yang berliuk artinya saluran kemih bagian atas tidak lurus,” jelas dr Dyandra.
Dr. Dyandra menjelaskan, dalam sejumlah aktivitas rumah sakit di luar negeri, RIRS ini memang menjadi terapi yang sedang naik daun. Menurutnya, apapun operasi dengan minimal invasif tanpa sayatan dan lain-lain itu memiliki masa depan yang cerah, termasuk metode RIRS di Indonesia
“Kalau ke luar negeri saya rasa akan dilakukan hal yang sama dan di Indonesia kita sudah punya alatnya, skill-nya. Di Mayapada juga sudah mengerjakan, saya rasa kita sudah nggak kalah dengan di luar negeri,” tegasnya.
Prosedur RIRS di Mayapada Hospital
Di Mayapada Hospital, pasien yang mengalami penyakit batu ginjal biasanya melakukan kontrol lebih dulu ke poli. Setelah itu dievaluasi dulu untuk melihat ada tidaknya batu. Pun jika ditemukan batu, akan dilihat sejauh mana ukuran batu tersebut.
Mayapada Hospital sendiri memiliki kelengkapan alat CT Scan yang sudah mumpuni untuk menilai batu saluran kemih. Karena di CT Scan bisa menilai ukuran batu yang sebenarnya.
“Selain mengukur besar, yang tak kalah penting adalah kekerasan batunya. Jadi dari CT Scan itu kita bisa menilai batunya ini keras atau lunak. Kalau batunya keras di atas 1 cm atau di bawah 2 cm, posisi batunya di ginjal (ginjal punya kamar-kamar paling bawah). Nah itu kadang-kadang suka susah diterapi dengan ESWL. Jadi RIRS yang jadi pilihan,” jelasnya.
Setelah pasien melalui rangkaian medical check tersebut, bisa langsung dilakukan tindakan RIRS di minggu yang sama. Pasien pun diminta melakukan persiapan sebelum operasi pada umumnya, seperti puasa terlebih dulu.
“Kita pastikan hasil lab-nya bagus. Kemudian tentu akan kita resepkan obat yang tujuannya untuk melonggarkan saluran kemih bagian atas dan meminimalkan trauma pada saluran itu. Ketika itu tuntas, operasi bisa dilaksanakan tanpa kekhawatiran,” pungkas dr. Dyandra.
Sumber : cnnindonesia.com